Tapi bukan sembarang diGanti Gan

Selasa, Juli 23


Indonesia adalah negera kepulauan. Memiliki 7.870 pulau yang memiliki nama dan 9634  pulau yang belum memiliki nama. Terdiri dari banyak suku membuat Indonesia kaya akan budaya, menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan wisata.
Namun tidak dapat dipungkiri Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar. Berada pada peringkat keempat dunia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Lalu  apakah peringkat ini berdampak baik terhadap negara ini?


Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai masalah kependudukan di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan.
Di tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia umur 5 sampai 9 tahun sebanyak 23,253,480 jiwa. Lansia (lanjut usia; umur 60 tahun ke atas) sebanyak 18,043,712 jiwa. Data ini ini menunjukkan angka kelahiran masih mendominasi dibandingkan dengan angka kematian. Dengan demikian konsumsi akan sandang pangan dan energi semakin besar pula.

Pendidikan
Pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Dengan penguasaan ilmu dan keterampilan sudah pasti sektor ekonomi suatu bangsa akan berkembang cepat.
Taraf pendidikan suatu negara dapat dilihat dari tingkat melek huruf dan lama sekolah penduduk. Seseorang dikatakan melek huruf jika orang tersebut dapat membaca atau tidak buta huruf. Pada tahun 2009 angka melek huruf Indonesia berada pada angka 92,58 persen naik menjadi 92,91 persen pada tahun 2010.


Angka persentase penduduk yang hidup dalam rumah tangga dengan kepala keluarga yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun mencapai angka 83,65% untuk perdesaan dan 50,47% untuk perkotaan. Selanjutnya, yang paling memprihatinkankan adalah rendahnya tingkat pendidikan generasi muda yang bisa dilihat dari persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun berjumlah 40,70% untuk daerah perdesaan dan 15,97% untuk perkotaan.
Rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia adalah 7,7 tahun. Mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2010 yaitu 7,9 tahun. Ini merupakan kabar baik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Meskipun demikian taraf pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.
Jika dibandingkan dengan negara lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia saat ini berada pada peringkat 111 dari 182 negara di dunia. Sangat jauh dibandingkan dengan China pada peringkat 92 yang kita ketahui sebagi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan taraf pendidikan yang masih tergolong rendah, pengangguran adalah masalah berikutnya yang harus dihadapi Indonesia.

Pengangguran
Jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun terus bertambah. Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 menunjukkan jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 117,370,485 jiwa meningkat pada tahun 2012 menjadi 120,417,406. Keterbatasan lowongan pekerjaan menjadi awal dari persoalan pengangguran.


Data statistik menunjukkan tingkat pengangguran pada tahun 2011 sebesar 7,700,086 jiwa atau sekitar 6,14 persen dari total penduduk Indonesia. Dengan angka tersebut sudah dapat diramalkan kemiskinan menunggu di depan.

Kemiskinan
Data Badan Statistik 2011, jumlah penduduk miskin 10,95 juta di kota dan 18,94 juta di desa. Dengan rata-rata pendapatan 1,5 juta, tidak semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
Secara sektoral, jumlah penduduk miskin di Indonesia terkonsentrasi di sektor pertanian. Sektor ini dari dulu hingga sekarang selalu menjadi tempat mayoritas rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya. Data BPS (2010) mendapatkan bahwa, sekira 63% buruh tani, sekira 6% bekerja di sektor industri, sekira 10% belum atau tidak memiliki pekerjaan dan sisanya 21% bekerja di sektor-sektor lainnya. Besarnya ketergantungan masyarakat miskin terhadap sektor pertanian menjadikan sektor ini penting untuk mendapatkan prioritas dalam upaya pengentasan kemiskinan.
           Video berikut akan memperlihatkan potret kemiskinan di Negara ini

        Dari fakta-fakta di atas menunjukkan kepada kita bahwa ledakan penduduk berdampak luas terhadap kehidupan Negara Indonesia. Dampak yang ditimbulkan seperti lingkaran setan (devil circle) seperti gambar berikut.



Lingkaran Setan (devil circle)
Jumlah anak dalam satu keluarga tiga atau lebih, berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, kesehatan, dan terutama pendidikan.
Setiap anak sudah membawa rejekinya masing-masing, anggapan ini memang benar adanya. Tetapi pernahkah anda berpikir kalau rejeki anak ada pada apa yang dikerjakan orang tuanya. Dapat dibayangkan berapa kebutuhan keluarga yang memiliki 3 orang anak atau lebih dibandingkan dengan yang memiliki 1 atau 2 anak apabila diambil rata-rata kondisi keluarga yang pas-pasan. Betapa lebih memungkinkannya untuk memberikan sandang, pangan, dan pendidikan yang cukup bagi keluarga yang memiliki anak 1 atau 2 dibandingkan dengan yang memiliki 3 atau lebih anak.
Keluarga kecil punya peluang yang lebih besar untuk menyekolahkan anaknya. Tetapi kenyataan rata-rata setiap keluarga di Indonesia memiliki empat anak (BPS Tahun 2010). Hal ini akan berdampak pada semakin rendahnya SDM. Pada tahun 2011 persentase anak yang tidak pernah bersekolah 8,42 persen.
SDM yang rendah akan berdampak pada sempitnya kesempatan bekerja atau membuka lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh suatu pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan dibutuhkan ilmu pengetahuan, pendidikan adalah pintunya. Pengangguran adalah hal berikut yang harus dihadapi.
BPS tahun 2011, sebesar 7,700,086 jiwa atau sekitar 6,14 persen adalah penggangguran. Karena adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Karena kemiskinan, kembali lagi dampaknya tidak terpenuhinya kebutuhan dasar. Fakta tentang lainnya tentang kemiskinan bahwa penduduk miskinlah yang memiliki anggota keluarga yang lebih banyak. Mereka masih beranggapan dengan banyak anak maka semakin banyak pula tenaga yang diperoleh untuk melakukan suatu pekerjaan. Anggapan oni sesungguhnya tidak berlaku lagi mengingat kemajuan teknologi.
Pendidikan yang rendah, dilanjutkan pengangguran, lalu kembali lagi kemiskinan, dan berlanjut terjadi ledakan penduduk. Ini seperti lingkaran setan(Devil Circle) yang tidak berujung.
Taraf pendidikan rendah, pengangguran, dan kemiskinan, inilah dampak yang dilahirkan dari ledakan penduduk. Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan pengurangan laju pertumbuhan penduduk.

Solusi
Menurut saya hal penting yang harus diperbaiki untuk mengatasi masalah kependudukan di Indonesia yaitu dengan pengurangan laju pertumbuhan penduduk dengan mengurangi rentang usia PUS (Pasangan Usia Subur) melalui peningkatan taraf pendidikan penduduk usia muda.
Sebelum kita melihat bagaimana pendidikan menjadi kunci masalah kependudukan, ada baiknya kita melihat dahulu kondisi pendidikan Indonesia.

Kondisi Pendidikan Indonesia
Sahabat saya yang muda, pendidikan di Indonesia adalah salah satu yang kurang maju dari semua negara di dunia. Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education for all (EFA) Indonesia menempati ranking ke 69 dalam dunia pendidikan dari seluruh negara. Ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).
Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah pendidikan di Indonesia yang masih sangat sulit untuk diatasi. Adapun beberapa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah :

Kurangnya Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Bagi sebagian orang, pendidikan adalah hal yang biasa, namun bagi banyak orang yang berada di wilayah terpencil, pendidikan adalah barang mewah dan sangat berharga. Mengapa? karena memang di negara yang menganut paham desentralisasi ioni, pendidikan lebih difokuskan di wilayah-wilayah pokok yang lebih potensial. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kurangnya pemerataan dan menjadikan kesenjangan dalam pendidikan.

Rendahnya Kualitas Sarana dan prasarana pendidikan
Kita tentu sudah banyak mendengar berita tentang sekolah roboh, atau sekolah rusak karena bangunanya yang sudah lapuk namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa Rendahnya Kualitas Sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia.

Masih rendahnya kesejahteraan Guru
Salah satu acuan yang bisa diukur untuk menentukan Keberhasilan pendidikan adalah tingkat kesejahteraan para Guru. Namun apa bisa dikata, Di Indonesia masih banyak guru yang dibayar dengan upah yang kurang layak atau bahkan tidak layak. Walaupun banyak orang beranggapan bahwa guru itu adalah profesi yang mewah, namun tetap saja masih banyak guru yang belum bisa menerima hasil jerih payahnya secara adil.

Mahalnya Biaya pendidikan
Inilah masalah utama pendidikan di Negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal inilah yang kemudian banyak memunculkan fenomena putus sekolah di kalangan anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Jangankan untuk sekolah Swasta, Untuk sekolah negeri pun, biaya pendidikanya tetap tinggi. Opsi bantuan BOS yang diberikan oleh pemerintah pun masih belum bisa mengatasi masalah mahalnya biaya pendidikan ini.

Rendahnya Prestasi Siswa
Dari penelitian Balitbang, Daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar 30% dari semua materi yang diajarkan. hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kurangnya kepedulian dalam dunia pendidikan dan juga masih kurangnya pengetahuan para siswa tentang arti sebuah pendidikan.

Melihat masalah pendidikan Indonesia di atas maka dibutuhkan solusi tepat untuk mengatasinya. Solusi yang dapat membatu pemerintah untuk meringankan beban pendidikan di Indonesia.
Solusinya adalah lakukan pemerataan pendidikan, tingkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, tingkatkan kesejahteraan guru, murahkan biaya pendidikan, dan hasilnya prestasi siswa akan meningkat.
Ini memang sulit, namun akan lebih sulit bila tidak dimulai dari sekarang. Saya sangat senang mendengar 20 persen APBN dialokasikan untuk pendidikan. Namun menurut saya anggaran ini harus terus ditambah lagi.

Pendidikan adalah kunci
Sahabat saya yang muda, perlu kita ketahui jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011, untuk usia 15 – 19 tahun sebanyak 21558 (ribu) atau mewakili 8,85% penduduk Indonesia dan usia 20 – 24 tahun berada pada angka 20444 (ribu) atau 8,38% dari total penduduk. Usia 25 – 29 tahun mewakili penduduk Indonesia 8,61% (21007 ribu) dan usia 30 – 44 tahun sebanyak 56621 (ribu) jiwa atau 23,23% dari jumlah penduduk. Ternyata dari data di atas dapat disimpulkan bahwa negara kita memiliki jumlah generasi muda yang besar. Generasi inilah yang diharapkan memperoleh pendidikan, bukan hanya secara kuantitas tetapi secara kualitas.
Dengan pendidikan yang tinggi, seseorang akan lebih berpeluang besar untuk memperoleh sebuah pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan, sehingga dapat dipastikan seseorang akan lebih mapan secara finansial, terutama untuk merencanakan bagaimana rumah tangganya kelak sehingga keluarga berkualitas dapat terwujud.
   Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
     Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap untuk mendukung usaha-usaha di bidang ke-pendudukan dan keluarga berencana. Semakin tinggi pendidikan penduduk semakin tinggi kesediaan mereka menerima tatanan hidup baru dan hal ini mendorong penurunan tingkat kelahiran.
          Di negara–negara maju tingkat pendidikan yang tinggi berkorelasi pada turunnya angka kelahiran dan tentunya kenaikan jumlah penduduk yang menjadi negatif. Semakin tinggi pendidikan rakyat maka semakin memperlama usia menikah dan melahirkan, karena berkarir dulu dan rasa tanggung jawab pada anak, sehingga tanpa perlu kampanye KB pun mereka akan berpikir punya anak sedikit saja, kecuali kalau memang mampu.
        Peningkatan taraf pendidikan juga akan lebih efektif dan efisien karena cukup berkonsentrasi pada generasi pertama, ketika Negara berhasil meningkatkan tarap pendidikan orang tuanya yang berkorelasi dengan meningkatkan kesejahteraan, maka pendidikan selanjutnya budgetnya akan ditanggung orang tua tersebut pada anaknya dan bisa dialihkan fokusnya ke keluarga lain. Contohnya, Negara memberi beasiswa pada anak tak mampu misal menjadi guru atau dokter, kedepan Negara tak perlu fokus membiayai anak si guru atau dokter sebab mereka pasti akan mampu membiayai anaknya dan punya anak sesuai kemampuannya.

Kesimpulan
Semakin tinggi pendidikan rakyat maka semakin memperlama usia menikah dan angka kelahiran pun berkurang. Meningkatkannya tarap pendidikan rakyat akan berkorelasi dengan meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahteraan akan berdampak pada kualitas keluarga dan tentu saja pendidikan anak dalam keluarga akan terjamin.


Catatan : Postingan ini ikut lomba blog BKKBN dengan tema “Kependudukan di Indonesia” pada Kategori Dewasa Muda (20 – 24 tahun).
----------------------------------------------------------------------------------
bps.go.id
kompasiana.com
wikipedia










Categories:


Terima kasih telah mengunjungi blog saya. Jangan lupa tinggalkan komentar Anda setelah membaca blog ini ya! Hubungi saya di robiantositumorang@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar