Indonesia adalah negera kepulauan. Memiliki 7.870 pulau yang
memiliki nama dan 9634 pulau yang belum
memiliki nama. Terdiri dari banyak suku membuat Indonesia kaya akan budaya,
menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan wisata.
Namun tidak dapat dipungkiri Indonesia memiliki jumlah
penduduk yang besar. Berada pada peringkat keempat dunia sebagai negara dengan
jumlah penduduk terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Lalu apakah peringkat ini berdampak baik terhadap
negara ini?
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai masalah
kependudukan di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui apa saja dampak yang
ditimbulkan.
Di tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia umur 5 sampai 9 tahun sebanyak
23,253,480 jiwa. Lansia (lanjut usia; umur 60 tahun ke atas) sebanyak
18,043,712 jiwa. Data ini ini menunjukkan angka kelahiran masih mendominasi
dibandingkan dengan angka kematian. Dengan demikian konsumsi akan sandang
pangan dan energi semakin besar pula.
Pendidikan
Pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat
penguasaan ilmu dan keterampilan. Dengan penguasaan ilmu dan keterampilan sudah
pasti sektor ekonomi suatu bangsa akan berkembang cepat.
Taraf pendidikan suatu negara dapat dilihat dari tingkat melek huruf dan lama sekolah penduduk. Seseorang dikatakan melek huruf jika orang tersebut
dapat membaca atau tidak buta huruf. Pada tahun 2009 angka melek huruf
Indonesia berada pada angka 92,58 persen naik menjadi 92,91 persen pada tahun
2010.
Angka persentase penduduk yang hidup
dalam rumah tangga dengan kepala keluarga yang tidak menyelesaikan pendidikan
dasar sembilan tahun mencapai angka 83,65% untuk perdesaan dan 50,47% untuk
perkotaan. Selanjutnya, yang paling memprihatinkankan adalah rendahnya tingkat
pendidikan generasi muda yang bisa dilihat dari persentase penduduk berusia 15
tahun ke atas yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun
berjumlah 40,70% untuk daerah perdesaan dan 15,97% untuk perkotaan.
Rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia adalah 7,7
tahun. Mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2010 yaitu 7,9 tahun. Ini
merupakan kabar baik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Meskipun demikian
taraf pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.
Jika dibandingkan dengan negara lain,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia saat ini berada pada peringkat 111
dari 182 negara di dunia. Sangat jauh dibandingkan dengan China pada peringkat
92 yang kita ketahui sebagi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan
taraf pendidikan yang masih tergolong rendah, pengangguran adalah masalah
berikutnya yang harus dihadapi Indonesia.
Pengangguran
Jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun terus
bertambah. Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 menunjukkan jumlah
angkatan kerja Indonesia sebanyak 117,370,485 jiwa meningkat pada tahun 2012
menjadi 120,417,406. Keterbatasan lowongan pekerjaan menjadi awal dari
persoalan pengangguran.
Data statistik menunjukkan tingkat pengangguran pada
tahun 2011 sebesar 7,700,086 jiwa atau sekitar 6,14 persen dari total penduduk
Indonesia. Dengan angka tersebut sudah dapat diramalkan kemiskinan menunggu di
depan.
Kemiskinan
Data Badan Statistik 2011, jumlah penduduk miskin 10,95
juta di kota dan 18,94 juta di desa. Dengan rata-rata pendapatan 1,5 juta,
tidak semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
Secara sektoral, jumlah penduduk miskin
di Indonesia terkonsentrasi di sektor pertanian. Sektor ini dari dulu hingga
sekarang selalu menjadi tempat mayoritas rumah tangga miskin menggantungkan
hidupnya. Data BPS (2010) mendapatkan bahwa, sekira 63% buruh tani, sekira 6%
bekerja di sektor industri, sekira 10% belum atau tidak memiliki pekerjaan dan
sisanya 21% bekerja di sektor-sektor lainnya. Besarnya ketergantungan
masyarakat miskin terhadap sektor pertanian menjadikan sektor ini penting untuk
mendapatkan prioritas dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Video berikut akan memperlihatkan potret kemiskinan di
Negara ini
Dari fakta-fakta di atas menunjukkan kepada kita bahwa
ledakan penduduk berdampak luas terhadap kehidupan Negara Indonesia. Dampak
yang ditimbulkan seperti lingkaran setan (devil
circle) seperti gambar berikut.
Lingkaran
Setan (devil circle)
Jumlah anak dalam satu keluarga tiga atau lebih,
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, kesehatan, dan terutama
pendidikan.
Setiap anak sudah membawa rejekinya masing-masing,
anggapan ini memang benar adanya. Tetapi pernahkah anda berpikir kalau rejeki
anak ada pada apa yang dikerjakan orang tuanya. Dapat dibayangkan berapa
kebutuhan keluarga yang memiliki 3 orang anak atau lebih dibandingkan dengan
yang memiliki 1 atau 2 anak apabila diambil rata-rata kondisi keluarga yang
pas-pasan. Betapa lebih memungkinkannya untuk memberikan sandang, pangan, dan
pendidikan yang cukup bagi keluarga yang memiliki anak 1 atau 2 dibandingkan
dengan yang memiliki 3 atau lebih anak.
Keluarga kecil punya peluang yang lebih besar untuk
menyekolahkan anaknya. Tetapi kenyataan rata-rata setiap keluarga di Indonesia
memiliki empat anak (BPS Tahun 2010). Hal ini akan berdampak pada semakin
rendahnya SDM. Pada tahun 2011 persentase anak yang tidak pernah bersekolah
8,42 persen.
SDM yang rendah akan berdampak pada sempitnya kesempatan
bekerja atau membuka lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh suatu pekerjaan atau
membuka lapangan pekerjaan dibutuhkan ilmu pengetahuan, pendidikan adalah
pintunya. Pengangguran adalah hal berikut yang harus dihadapi.
BPS tahun 2011, sebesar 7,700,086 jiwa atau sekitar 6,14
persen adalah penggangguran. Karena adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Karena kemiskinan, kembali lagi dampaknya
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar. Fakta tentang lainnya tentang kemiskinan
bahwa penduduk miskinlah yang memiliki anggota keluarga yang lebih banyak.
Mereka masih beranggapan dengan banyak anak maka semakin banyak pula tenaga
yang diperoleh untuk melakukan suatu pekerjaan. Anggapan oni sesungguhnya tidak
berlaku lagi mengingat kemajuan teknologi.
Pendidikan yang rendah, dilanjutkan
pengangguran, lalu kembali lagi kemiskinan, dan berlanjut terjadi ledakan
penduduk. Ini seperti lingkaran setan(Devil Circle) yang tidak berujung.
Taraf pendidikan rendah, pengangguran, dan kemiskinan, inilah
dampak yang dilahirkan dari ledakan penduduk. Untuk mengatasi masalah tersebut
harus dilakukan pengurangan laju pertumbuhan penduduk.
Solusi
Menurut saya hal penting yang harus diperbaiki untuk
mengatasi masalah kependudukan di Indonesia yaitu dengan pengurangan laju
pertumbuhan penduduk dengan mengurangi rentang usia PUS (Pasangan Usia Subur)
melalui peningkatan taraf pendidikan penduduk usia muda.
Sebelum kita melihat bagaimana pendidikan menjadi kunci
masalah kependudukan, ada baiknya kita melihat dahulu kondisi pendidikan
Indonesia.
Kondisi
Pendidikan Indonesia
Sahabat saya yang muda, pendidikan di Indonesia adalah salah satu yang kurang maju
dari semua negara di dunia. Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education
for all (EFA) Indonesia menempati
ranking ke 69 dalam dunia pendidikan dari seluruh negara. Ini lebih rendah
dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari
Malaysia (65).
Hal ini disebabkan karena
banyaknya masalah pendidikan di Indonesia yang masih sangat sulit untuk
diatasi. Adapun beberapa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah :
Kurangnya Pemerataan
Pendidikan di Indonesia
Bagi sebagian orang,
pendidikan adalah hal yang biasa, namun bagi banyak orang yang berada di
wilayah terpencil, pendidikan adalah barang mewah dan sangat berharga. Mengapa?
karena memang di negara yang menganut paham desentralisasi ioni, pendidikan
lebih difokuskan di wilayah-wilayah pokok yang lebih potensial. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan kurangnya pemerataan dan menjadikan kesenjangan dalam
pendidikan.
Rendahnya Kualitas
Sarana dan prasarana pendidikan
Kita tentu sudah
banyak mendengar berita tentang sekolah roboh, atau sekolah rusak karena
bangunanya yang sudah lapuk namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah.
Inilah salah satu bukti betapa Rendahnya Kualitas Sarana dan prasarana
pendidikan di Indonesia.
Masih rendahnya
kesejahteraan Guru
Salah satu acuan yang
bisa diukur untuk menentukan Keberhasilan pendidikan adalah tingkat
kesejahteraan para Guru. Namun apa bisa dikata, Di Indonesia masih banyak guru
yang dibayar dengan upah yang kurang layak atau bahkan tidak layak. Walaupun
banyak orang beranggapan bahwa guru itu adalah profesi yang mewah, namun tetap
saja masih banyak guru yang belum bisa menerima hasil jerih payahnya secara
adil.
Mahalnya Biaya
pendidikan
Inilah masalah utama
pendidikan di Negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Hal inilah yang kemudian banyak memunculkan fenomena
putus sekolah di kalangan anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Jangankan
untuk sekolah Swasta, Untuk sekolah negeri pun, biaya pendidikanya tetap
tinggi. Opsi bantuan BOS yang diberikan oleh pemerintah pun masih belum bisa
mengatasi masalah mahalnya biaya pendidikan ini.
Rendahnya Prestasi
Siswa
Dari penelitian
Balitbang, Daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar 30% dari semua
materi yang diajarkan. hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
kurangnya kepedulian dalam dunia pendidikan dan juga masih kurangnya
pengetahuan para siswa tentang arti sebuah pendidikan.
Melihat masalah pendidikan Indonesia di atas maka dibutuhkan
solusi tepat untuk mengatasinya. Solusi yang dapat membatu pemerintah untuk
meringankan beban pendidikan di Indonesia.
Solusinya adalah lakukan pemerataan pendidikan, tingkatkan kualitas
sarana dan prasarana pendidikan, tingkatkan kesejahteraan guru, murahkan biaya
pendidikan, dan hasilnya prestasi siswa akan meningkat.
Ini memang sulit, namun akan lebih sulit bila tidak dimulai dari
sekarang. Saya sangat senang mendengar 20 persen APBN dialokasikan untuk
pendidikan. Namun menurut saya anggaran ini harus terus ditambah lagi.
Pendidikan
adalah kunci
Sahabat saya yang muda,
perlu kita ketahui jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011, untuk usia 15 –
19 tahun sebanyak 21558 (ribu) atau mewakili 8,85% penduduk Indonesia dan usia
20 – 24 tahun berada pada angka 20444 (ribu) atau 8,38% dari total penduduk.
Usia 25 – 29 tahun mewakili penduduk Indonesia 8,61% (21007 ribu) dan usia 30 –
44 tahun sebanyak 56621 (ribu) jiwa atau 23,23% dari jumlah penduduk. Ternyata
dari data di atas dapat disimpulkan bahwa negara kita memiliki jumlah generasi
muda yang besar. Generasi inilah yang diharapkan memperoleh pendidikan, bukan
hanya secara kuantitas tetapi secara kualitas.
Dengan pendidikan yang
tinggi, seseorang akan lebih berpeluang besar untuk memperoleh sebuah pekerjaan
atau membuka lapangan pekerjaan, sehingga dapat dipastikan seseorang akan lebih
mapan secara finansial, terutama untuk merencanakan bagaimana rumah tangganya
kelak sehingga keluarga berkualitas dapat terwujud.
Wikipedia,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Pendidikan
mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap untuk mendukung
usaha-usaha di bidang ke-pendudukan dan keluarga berencana. Semakin tinggi
pendidikan penduduk semakin tinggi kesediaan mereka menerima tatanan hidup baru
dan hal ini mendorong penurunan tingkat kelahiran.
Di negara–negara maju tingkat
pendidikan yang tinggi berkorelasi pada turunnya angka kelahiran dan tentunya
kenaikan jumlah penduduk yang menjadi negatif. Semakin tinggi pendidikan rakyat
maka semakin memperlama usia menikah dan melahirkan, karena berkarir dulu dan
rasa tanggung jawab pada anak, sehingga tanpa perlu kampanye KB pun mereka akan
berpikir punya anak sedikit saja, kecuali kalau memang mampu.
Peningkatan taraf pendidikan juga
akan lebih efektif dan efisien karena cukup berkonsentrasi pada generasi
pertama, ketika Negara berhasil meningkatkan tarap pendidikan orang tuanya yang
berkorelasi dengan meningkatkan kesejahteraan, maka pendidikan selanjutnya
budgetnya akan ditanggung orang tua tersebut pada anaknya dan bisa dialihkan
fokusnya ke keluarga lain. Contohnya, Negara memberi beasiswa pada anak tak
mampu misal menjadi guru atau dokter, kedepan Negara tak perlu fokus membiayai
anak si guru atau dokter sebab mereka pasti akan mampu membiayai anaknya dan
punya anak sesuai kemampuannya.
Kesimpulan
Semakin tinggi pendidikan rakyat maka semakin memperlama usia
menikah dan angka kelahiran pun berkurang. Meningkatkannya tarap pendidikan rakyat
akan berkorelasi dengan meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahteraan
akan berdampak pada kualitas keluarga dan tentu saja pendidikan anak dalam
keluarga akan terjamin.
Catatan :
Postingan ini ikut lomba blog BKKBN dengan tema “Kependudukan di Indonesia”
pada Kategori Dewasa Muda (20 – 24 tahun).
----------------------------------------------------------------------------------
bps.go.id
kompasiana.com
wikipedia
0 komentar:
Posting Komentar